Skip to main content

Backpacker ke Singapore (part 2)

Jam 8 pagi kami pun bangun dan melihat keluar ternyata Singapore masih hujan dan masih gelap huhuhu. Padahal jam 8 pagi di Indonesia kan udah terang benderang. Mungkin juga karena Singapore kecepetan satu jam dari pada Jawa. Waktu mau mandi, ternyata ketemu mas-mas dari kamar sebelah yang dari Medan. Recommended banget deh buat backpacker Indonesia :)
Oh ya, karena kami baru penerbangan sore, maka kamipun menitipkan ransel dan tas lain di hostel ini sampai kami selesai jalan-jalan. Gratis kok nitipnya. Kalau mau lebih aman lagi, mending bawa gembok.
Di Cozy Corner ini disediakan sarapan tapi cuma roti. Dan karena perut ini pengen diisi yang "lebih" maka kami pun makan di kaki lima lagi. Lagi-lagi aku dan papaku makan mie sama sosis lagi juga minuman lokal, yaitu teh susu atau kalau disini teh tarik :)
Sambil makan kami juga bisa melihat pemandangan jalan North Bridge Road dipagi hari sambil diiringi hujan-hujan yang cukup mengganggu acara backpackeran ini -_-"

Setelah itu kami menuju ke Pulau Sentosa. Kalau tidak salah, naik bus 145 :)

Nah, nanti kitu turun di Halte Vivo City. Jadi Vivo City ini adalah mall yang terintegrasi dengan MRT menuju ke Pulau Sentosa. Sekali lagi, kalau bingung, tanya saja dengan orang sekitar dimana Halte Vivo City :)
Berhubung suasananya dingin sekali, jadi kami pun ngopi dulu di Coffee Bean. Hahahaha kalau ini memang nggak masuk budget backpacker. Tapi di Singapore banyak tempat yang bisa bayar pake Credit Card. Jadi penting juga tuh bawa Credit Card untuk "meminimalkan" penggunaan uang tunai.
Setelah itu kami ke lantai 3, dan beli tiket MRT ke Sentosa seharga S$3 per orang. Dan di Pulau Sentosa nanti, mau ke mana-mana (naik MRT, bus) udah gratis.

Comments

Popular posts from this blog

Cerita menginap di Bandara Terminal 2D Soekarno-Hatta

Tengah malem ini aku mau sharing tentang perjalananku menuju Hong Kong yang agak "loncat-loncat". Maklum tinggal di Kota Malang begini adanya. Jadi ceritanya flight-ku baru besok jam 4 pagi dari Jakarta ke Hong Kong via Singapura. Yang mana hari ini dengan pesawat Garuda paling malem aku terbang dari Surabaya ke Jakarta. Jalan panjang bro dan jadinya ngemper di Terminal 2D sekitar 5 jam. Pengalaman nginep bandara. Jadi kali ini aku mau sharing sedikit mengenai gimana pindah terminal, nginep di bandara, dan transit. Turun di Terminal 3 Ultimate membuatku takjub. Makin cakep aja, udah menuju kayak Changi nih. Oh ya sebenernya kekurangan dari turun di Terminal 3 ini adalah pesawat menuju tempat parkirnya jauh banget dari runway landingnya jadinya "molor" kedatangannya, belum lagi kalo ga ada fasilitas garbarata. Masih naik bus lagi ke terminal kedatangan.  Tapi mungkin juga masih dalam tahap perbaikan ya. Seperti biasa kalo pake Garuda nunggu bagasinya ga lama-la

Survival tips: Jadwal bus Malang-Blitar pagi

Internship di Wlingi Kabupaten Blitar, indah untuk dikenang tapi tidak untuk diulang hehehe. Bagi yang berasal dari Kota Malang, internship di Wlingi sebenarnya cukup menyenangkan. Hanya berjarak 1,5 jam kalau naik kendaraan pribadi dan 2 jam jika menggunakan bus. Aku mau berbagi sedikit survival tips jika ingin ke Wlingi pada pagi hari menggunakan bus dari Malang jurusan ke Blitar/Trenggalek, bisa berangkat dari Terminal Arjosari menggunakan bis besar atau naik bus Bagong dari Kacuk. Sebenarnya aku lebih nyaman menggunakan bus Bagong dari Kacuk karena lebih nyaman aja menggunakan bus kecil dan rasanya juga lebih aman. Biasanya yang naik bus Bagong adalah orang-orang bekerja yang tiap hari naik bus yang sama. Kalau di Terminal Arjosari sih sepengalamanku, bis-nya agak nggak pasti. Kalau bis Bagong jam-nya lebih pasti. Tergantung tempat kalian tinggal juga sih lebih dekat kemana. Rata-rata dikenakan tarif 15 ribu rupiah aja kok. Jika berangkat dari Terminal Arjosari , usahakan pukul

Fathers and Daughters (2015) sinopsis

Aku baru menonton film Fathers and Daughters yang katanya bagus. Wew, personally, it's like my own story. Film ini bercerita tentang seorang ayah yang merupakan penulis yang harus merawat dan membesarkan putrinya seorang diri setelah istrinya meninggal akibat kecelakaan. Sang ayah pun yang keuangannya tidak stabil harus berjuang menulis novel agar bisa memenuhi kebutuhan hidup. Padahal, sang ayah juga keadaannya tidak sehat secara mental. Terlihat bagaimana perjuangan sang ayah untuk membesarkan putrinya mati-matian dan juga adanya konflik dari keluarga adek ipar sang ayah yang ingin mengadopsi putrinya. Sang ayah pun meninggal setelah menyelesaikan novel Fathers and Daughters yang akhirnya mendapat penghargaan tertinggi untuk karya sastra. Plot cerita di film ini maju dan mundur, karena diceritakan juga kehidupan sang anak yang bernama Katie saat dewasa. Ia adalah seorang psikolog yang di hidupnya ia merasa ada yang salah atau kosong. Sampai ia pun akhirnya bertemu dengan seora