Skip to main content

Mau oleh-oleh? Transfer dulu!

Nah ini aku mau cerita soal pengalamanku (lagi) haha. Semoga nggak bosen ya :)
Kalau kita lagi pergi ke suatu tempat dan temen kita tau, pasti ada aja yang minta oleh-oleh, entah pengen beneran atau cuma basa basi. Bagus yang cuma basa basi, kalau yang pengen beneran ya jangan request juga oleh-olehnya apa :)
Kenapa? Akhir tahun kemarin aku dan ayahku pergi ke Thailand. Gileee yang minta oleh-oleh banyak banget, padahal kita ya nggak koar-koar (ngomong ke banyak orang).
Dan aku dan ayahku disana malah bingung nyariin oleh-oleh buat ini itu, beli gantungan kunci 30 biji tetep aja ada yang nggak kebagian, belum yang minta miniatur apalah, hiasan dinding. Uang saku yang pas-pasan pun akhirnya sukses habis buat beli oleh-oleh!
Disana aku cuma dapet topi fedora sama kaos hard rock (itupun pake kartu kredit). Ngaplo deh, dan yang terburuk adalah waktu sampai Surabaya ga ada duit rupiah sama sekali dan ada beberapa baht yang waktu itu kira2 cuma sekitar Rp40.000,00 buat bayar parkir di Juanda. Tau sendiri kan kalo parkir nginep di Juanda itu Rp20.000,00 per hari, dan itu 4 hari. Dan kita sampe melas-melas -___-
Jujur aja jadi agak menyedihkan sih!
Nah waktu akhir Januari lalu backpacker ke Singapore dengan uang saku yang lebih sedikit daripada yg dibawa ke Thailand, aku dan ayahku bisa puas main di Sentosa, makan ini itu, beli ini itu buat diri sendiri. Asik banget deh!
Jangan pikir oleh-oleh itu murah lho! Kalo satu orang sih gapapa, tapi kalo udah dikali berapa orang lumayan juga. Gantungan kunci aja minimal Rp10.000,00. Kata-kata yang big no no adalah "mau nitip/mau oleh-oleh apa?"
Bukannya pelit, tapi gimana lagi, iya kalo orang kaya -____-
Kalo tetep mau kasih oleh-oleh pilih buat your closest family and your closest besties.
Seperti waktu itu ada seorang artis yang lagi liburan di eropa terus dimintai oleh-oleh sama temennya, dan dia blg ,"mau oleh-oleh?transfer dulu..."

Comments

Popular posts from this blog

Cerita menginap di Bandara Terminal 2D Soekarno-Hatta

Tengah malem ini aku mau sharing tentang perjalananku menuju Hong Kong yang agak "loncat-loncat". Maklum tinggal di Kota Malang begini adanya. Jadi ceritanya flight-ku baru besok jam 4 pagi dari Jakarta ke Hong Kong via Singapura. Yang mana hari ini dengan pesawat Garuda paling malem aku terbang dari Surabaya ke Jakarta. Jalan panjang bro dan jadinya ngemper di Terminal 2D sekitar 5 jam. Pengalaman nginep bandara. Jadi kali ini aku mau sharing sedikit mengenai gimana pindah terminal, nginep di bandara, dan transit. Turun di Terminal 3 Ultimate membuatku takjub. Makin cakep aja, udah menuju kayak Changi nih. Oh ya sebenernya kekurangan dari turun di Terminal 3 ini adalah pesawat menuju tempat parkirnya jauh banget dari runway landingnya jadinya "molor" kedatangannya, belum lagi kalo ga ada fasilitas garbarata. Masih naik bus lagi ke terminal kedatangan.  Tapi mungkin juga masih dalam tahap perbaikan ya. Seperti biasa kalo pake Garuda nunggu bagasinya ga lama-la

Survival tips: Jadwal bus Malang-Blitar pagi

Internship di Wlingi Kabupaten Blitar, indah untuk dikenang tapi tidak untuk diulang hehehe. Bagi yang berasal dari Kota Malang, internship di Wlingi sebenarnya cukup menyenangkan. Hanya berjarak 1,5 jam kalau naik kendaraan pribadi dan 2 jam jika menggunakan bus. Aku mau berbagi sedikit survival tips jika ingin ke Wlingi pada pagi hari menggunakan bus dari Malang jurusan ke Blitar/Trenggalek, bisa berangkat dari Terminal Arjosari menggunakan bis besar atau naik bus Bagong dari Kacuk. Sebenarnya aku lebih nyaman menggunakan bus Bagong dari Kacuk karena lebih nyaman aja menggunakan bus kecil dan rasanya juga lebih aman. Biasanya yang naik bus Bagong adalah orang-orang bekerja yang tiap hari naik bus yang sama. Kalau di Terminal Arjosari sih sepengalamanku, bis-nya agak nggak pasti. Kalau bis Bagong jam-nya lebih pasti. Tergantung tempat kalian tinggal juga sih lebih dekat kemana. Rata-rata dikenakan tarif 15 ribu rupiah aja kok. Jika berangkat dari Terminal Arjosari , usahakan pukul

Fathers and Daughters (2015) sinopsis

Aku baru menonton film Fathers and Daughters yang katanya bagus. Wew, personally, it's like my own story. Film ini bercerita tentang seorang ayah yang merupakan penulis yang harus merawat dan membesarkan putrinya seorang diri setelah istrinya meninggal akibat kecelakaan. Sang ayah pun yang keuangannya tidak stabil harus berjuang menulis novel agar bisa memenuhi kebutuhan hidup. Padahal, sang ayah juga keadaannya tidak sehat secara mental. Terlihat bagaimana perjuangan sang ayah untuk membesarkan putrinya mati-matian dan juga adanya konflik dari keluarga adek ipar sang ayah yang ingin mengadopsi putrinya. Sang ayah pun meninggal setelah menyelesaikan novel Fathers and Daughters yang akhirnya mendapat penghargaan tertinggi untuk karya sastra. Plot cerita di film ini maju dan mundur, karena diceritakan juga kehidupan sang anak yang bernama Katie saat dewasa. Ia adalah seorang psikolog yang di hidupnya ia merasa ada yang salah atau kosong. Sampai ia pun akhirnya bertemu dengan seora