Malem ini dengan randomnya aku mikir tentang umur yang makin banyak ini. Makin banyak temen-temen yang memutuskan untuk nikah, atau temen-temen yang memutuskan untuk kuliah s2 lagi. Masing-masing punya prioritas hidupnya dan kita udah ga bisa lagi mensejajarkan keadaan orang yang seumuran kita. Ada yang seumuran tapi dah nikah, anaknya udah 1 atau bahkan 2. Nikah bagiku bukan ajang cepet-cepetan, karena menurutku nikah itu kontrak masalah seumur hidup. Iya, hidup bersama dengan orang yang kita cintai pasti menyenangkan. Tapi apakah yakin 100 persen menyenangkan? Pernahkah kalian berpikir apakah kalian sudah cukup sayang dan perhatian dengan orang tua pasangan seperti orang tua kalian sendiri? Apa kalian sudah mapan secara ekonomi? Apa kalian yakin sudah siap menjadi orang tua yang baik?
Pertanyaan-pertanyaan itu membuatku tetap realistis dengan apa yang kujalani sekarang. Menikahlah karena kalian sudah siap. Dan kesiapan masing-masing orang berbeda. Aku pun sudah melihat contoh nyata bagaimana seorang wanita yang menjadi ibu padahal ia belum siap. Bahasa kasarnya, belum puas dengan masa mudanya. Jadinya seperti masa mudanya "ngutang". Apa hasilnya? Anaknya yang kasian, karena terkadang emosi ibunya belum stabil atau gaya hidup ibunya masih seenaknya sendiri, kata-katanya masih kasar gampang iri, atau bisa juga pola pikir ibunya masih seperti kanak-kanak meskipun usianya harusnya mampu menjadi ibu. Entahlah, aku belum menikah dan aku merasa untuk keep realistic.
Miris di depan mataku aku melihat ada rekan kerja yang sudah memiliki anak usia SMP namun kerjaannya ngomongin atasan, cari kesalahan orang, ga bisa teges.. wah dirinya aja gitu gimana tuh mendidik anaknya?
Intinya adalah.. menikah bukan gaya-gayaan, kesenangan sehari, atau pesta atau seserahan atau pengen mengumumkan ke semua orang tentang cinta kalian dengan pasangan.. menikah itu KESIAPAN. Kesiapan untuk semuanya termasuk berbagi dalam segala hal dan mengalah dalam segala hal. Siapkah?
Comments
Post a Comment