Skip to main content

Marriage?

Malem ini dengan randomnya aku mikir tentang umur yang makin banyak ini. Makin banyak temen-temen yang memutuskan untuk nikah, atau temen-temen yang memutuskan untuk kuliah s2 lagi. Masing-masing punya prioritas hidupnya dan kita udah ga bisa lagi mensejajarkan keadaan orang yang seumuran kita. Ada yang seumuran tapi dah nikah, anaknya udah 1 atau bahkan 2. Nikah bagiku bukan ajang cepet-cepetan, karena menurutku nikah itu kontrak masalah seumur hidup. Iya, hidup bersama dengan orang yang kita cintai pasti menyenangkan. Tapi apakah yakin 100 persen menyenangkan? Pernahkah kalian berpikir apakah kalian sudah cukup sayang dan perhatian dengan orang tua pasangan seperti orang tua kalian sendiri? Apa kalian sudah mapan secara ekonomi? Apa kalian yakin sudah siap menjadi orang tua yang baik?

Pertanyaan-pertanyaan itu membuatku tetap realistis dengan apa yang kujalani sekarang. Menikahlah karena kalian sudah siap. Dan kesiapan masing-masing orang berbeda. Aku pun sudah melihat contoh nyata bagaimana seorang wanita yang menjadi ibu padahal ia belum siap. Bahasa kasarnya, belum puas dengan masa mudanya. Jadinya seperti masa mudanya "ngutang". Apa hasilnya? Anaknya yang kasian, karena terkadang emosi ibunya belum stabil atau gaya hidup ibunya masih seenaknya sendiri, kata-katanya masih kasar gampang iri, atau bisa juga pola pikir ibunya masih seperti kanak-kanak meskipun usianya harusnya mampu menjadi ibu. Entahlah, aku belum menikah dan aku merasa untuk keep realistic.

Miris di depan mataku aku melihat ada rekan kerja yang sudah memiliki anak usia SMP namun kerjaannya ngomongin atasan, cari kesalahan orang, ga bisa teges.. wah dirinya aja gitu gimana tuh mendidik anaknya?
Intinya adalah.. menikah bukan gaya-gayaan, kesenangan sehari, atau pesta atau seserahan atau pengen mengumumkan ke semua orang tentang cinta kalian dengan pasangan.. menikah itu KESIAPAN. Kesiapan untuk semuanya termasuk berbagi dalam segala hal dan mengalah dalam segala hal. Siapkah?

Comments

Popular posts from this blog

Cerita menginap di Bandara Terminal 2D Soekarno-Hatta

Tengah malem ini aku mau sharing tentang perjalananku menuju Hong Kong yang agak "loncat-loncat". Maklum tinggal di Kota Malang begini adanya. Jadi ceritanya flight-ku baru besok jam 4 pagi dari Jakarta ke Hong Kong via Singapura. Yang mana hari ini dengan pesawat Garuda paling malem aku terbang dari Surabaya ke Jakarta. Jalan panjang bro dan jadinya ngemper di Terminal 2D sekitar 5 jam. Pengalaman nginep bandara. Jadi kali ini aku mau sharing sedikit mengenai gimana pindah terminal, nginep di bandara, dan transit. Turun di Terminal 3 Ultimate membuatku takjub. Makin cakep aja, udah menuju kayak Changi nih. Oh ya sebenernya kekurangan dari turun di Terminal 3 ini adalah pesawat menuju tempat parkirnya jauh banget dari runway landingnya jadinya "molor" kedatangannya, belum lagi kalo ga ada fasilitas garbarata. Masih naik bus lagi ke terminal kedatangan.  Tapi mungkin juga masih dalam tahap perbaikan ya. Seperti biasa kalo pake Garuda nunggu bagasinya ga lama-la

Survival tips: Jadwal bus Malang-Blitar pagi

Internship di Wlingi Kabupaten Blitar, indah untuk dikenang tapi tidak untuk diulang hehehe. Bagi yang berasal dari Kota Malang, internship di Wlingi sebenarnya cukup menyenangkan. Hanya berjarak 1,5 jam kalau naik kendaraan pribadi dan 2 jam jika menggunakan bus. Aku mau berbagi sedikit survival tips jika ingin ke Wlingi pada pagi hari menggunakan bus dari Malang jurusan ke Blitar/Trenggalek, bisa berangkat dari Terminal Arjosari menggunakan bis besar atau naik bus Bagong dari Kacuk. Sebenarnya aku lebih nyaman menggunakan bus Bagong dari Kacuk karena lebih nyaman aja menggunakan bus kecil dan rasanya juga lebih aman. Biasanya yang naik bus Bagong adalah orang-orang bekerja yang tiap hari naik bus yang sama. Kalau di Terminal Arjosari sih sepengalamanku, bis-nya agak nggak pasti. Kalau bis Bagong jam-nya lebih pasti. Tergantung tempat kalian tinggal juga sih lebih dekat kemana. Rata-rata dikenakan tarif 15 ribu rupiah aja kok. Jika berangkat dari Terminal Arjosari , usahakan pukul

Fathers and Daughters (2015) sinopsis

Aku baru menonton film Fathers and Daughters yang katanya bagus. Wew, personally, it's like my own story. Film ini bercerita tentang seorang ayah yang merupakan penulis yang harus merawat dan membesarkan putrinya seorang diri setelah istrinya meninggal akibat kecelakaan. Sang ayah pun yang keuangannya tidak stabil harus berjuang menulis novel agar bisa memenuhi kebutuhan hidup. Padahal, sang ayah juga keadaannya tidak sehat secara mental. Terlihat bagaimana perjuangan sang ayah untuk membesarkan putrinya mati-matian dan juga adanya konflik dari keluarga adek ipar sang ayah yang ingin mengadopsi putrinya. Sang ayah pun meninggal setelah menyelesaikan novel Fathers and Daughters yang akhirnya mendapat penghargaan tertinggi untuk karya sastra. Plot cerita di film ini maju dan mundur, karena diceritakan juga kehidupan sang anak yang bernama Katie saat dewasa. Ia adalah seorang psikolog yang di hidupnya ia merasa ada yang salah atau kosong. Sampai ia pun akhirnya bertemu dengan seora