Skip to main content

Mong Kok HK: Easy to get lost, in a lovely way

Hari pertama nyampe Hong Kong emang udah sore sih, jadi buru-buru mandi dan pengen ngabur naik MTR (di Hong Kong namanya MTR, bukan MRT, tapi apa bedanya sih? Ahahaha) ke Ladies Market di Mong Kok dan sekitarnya. Kebetulan hotelku ada di Penta Hotel di daerah Kowloon. Lumayan oke juga sih hotelnya, lumayan deket juga MTR Diamond Hill, palingan jalan 200 meteran.

Di stasiun MTR-nya yang wajib kita lihat dahulu adalah maps-nya. Kita pelajari, kita mau kemana, turun dimana. Prinsipnya beli tiket single trip sama dengan beli single trip di Singapore. Katanya sih MTR di Hong Kong lebih baik dari MRT di Singapore. Tips buat yang cuma punya "uang gede" alias nominalnya besar, daripada dibeliin barang nggak jelas di Circle K, mending tukerin aja di costumer service loketnya situ, mereka udah biasa kok buat ngasih tukeran uang, dan bakal dikasih sampe yang receh-receh sekalipun.

Nah ini maps-nya MTR Hong Kong:

MTR maps

Untuk menuju ke Ladies Market kita harus turun di stasiun Mong Kok. Nah disitu Ladies Market kayak China Town di Singapore, murah-murah bisa ditawar, cocok buat yang nyari oleh-oleh. Tapi jangan khawatir, disitu juga bertebaran snack-snack lucu dan toko-toko kosmetik dan baju, semacam Sasa (Sephora-nya disini), H&M, Forever 21, Innisfree, Etude House, dan masih banyak lagi. Pokoknya puas banget. Aku baru pulang dari sini jam setengah 11 malem dan besok malemnya jam 10 masih balik lagi kesini soalnya belum puas ahahaha. Ini tempat must visit banget kalo ke HK!

 
Saya berdiri di depan toko Sasa, keliatan kurus disini. Lol

Sasa ini lebih menyenangkan daripada Sephora kalo kataku sih, karena dia juga banyak brand Korea yang terjangkau, banyak sheet mask yang lucu-lucu juga. Tapi brand barat kayak Nuxe, Burts Bee, dll juga ada kok hehehe. Tapi amat disayangkan yah, pramuniaganya nggak bisa bahasa Inggris, jadi kalo ditanyain nggak terlalu ngerti, padahal kita beli beauty things kan minta dijelasin yah hahaha. Ya apa boleh buat cuma bisa pake bahasa isyarat yang kita berdua saling nggak nyambung. Oh ya, coba dengerin deh kalo pramuniaganya bilang "Welcome to Sasa" kayak datar banget ahahahaha.


 Di Mong Kok ini juga banyak Street Food alias jajan-jajan lucu. Bagi temen-temen Muslim coba perhatiin lagi mana yang mengandung pork mana yang enggak yah, kebanyakan dijual dengan tulisan cina jadi ya nggak ngerti itu apaan, jangan main tunjuk-tunjuk aja hehehe. Street Food disini aku bilang lumayan mahal sih, sekitar 20-30 ribuan. Liat aja deh kalo  locals  banyak antri di suatu kedai, kemungkinan itu kedai emang enak hehehe.

Fish Ball
Akhirnya kuputuskan untuk beli Fish Ball di kedai yang diantriin so many locals. Harganya 12 HKD, mayan juga isi 4 biji 20ribu. Ada juga chicken fillet seharga 30 HKD atau sekitar 45ribu. Di Indonesia bisa lebih murah kali ya hehehe.



Muka kucel di Mong Kok
Daerah Mong Kok ini terbilang sangat ramai bahkan hingga malam hari. Sekitar pukul 11 malam-pun masih ramai dan masih beberapa toko buka, bahkan seperti H&M dan Forever 21. Daaaan... entahlah disini toko-tokonya banyak diskon. Misalnya waktu di H&M banyak banget baju yang di diskon jadi tinggal 100 HKD, sekitar 170ribu rupiah aja! Kemarin dapet sweater, celana, dll dengan harga masing-masing 100 HKD aja. Di Indonesia mana dapet tuh. Surga banget ya tempat ini.

Oh ya tips-nya jangan lupa pakai jaket kalo dateng kesini bulan Desember, anginnya lumayan dingin semakin malem, juga pakai sepatu yang nyaman karena jalannya lumayan jauh-jauh dan tokonya nggak abis-abis.
Sekian cerita di Mong Kok, sampai jumpa di next post! :)



Comments

Popular posts from this blog

Cerita menginap di Bandara Terminal 2D Soekarno-Hatta

Tengah malem ini aku mau sharing tentang perjalananku menuju Hong Kong yang agak "loncat-loncat". Maklum tinggal di Kota Malang begini adanya. Jadi ceritanya flight-ku baru besok jam 4 pagi dari Jakarta ke Hong Kong via Singapura. Yang mana hari ini dengan pesawat Garuda paling malem aku terbang dari Surabaya ke Jakarta. Jalan panjang bro dan jadinya ngemper di Terminal 2D sekitar 5 jam. Pengalaman nginep bandara. Jadi kali ini aku mau sharing sedikit mengenai gimana pindah terminal, nginep di bandara, dan transit. Turun di Terminal 3 Ultimate membuatku takjub. Makin cakep aja, udah menuju kayak Changi nih. Oh ya sebenernya kekurangan dari turun di Terminal 3 ini adalah pesawat menuju tempat parkirnya jauh banget dari runway landingnya jadinya "molor" kedatangannya, belum lagi kalo ga ada fasilitas garbarata. Masih naik bus lagi ke terminal kedatangan.  Tapi mungkin juga masih dalam tahap perbaikan ya. Seperti biasa kalo pake Garuda nunggu bagasinya ga lama-la

Survival tips: Jadwal bus Malang-Blitar pagi

Internship di Wlingi Kabupaten Blitar, indah untuk dikenang tapi tidak untuk diulang hehehe. Bagi yang berasal dari Kota Malang, internship di Wlingi sebenarnya cukup menyenangkan. Hanya berjarak 1,5 jam kalau naik kendaraan pribadi dan 2 jam jika menggunakan bus. Aku mau berbagi sedikit survival tips jika ingin ke Wlingi pada pagi hari menggunakan bus dari Malang jurusan ke Blitar/Trenggalek, bisa berangkat dari Terminal Arjosari menggunakan bis besar atau naik bus Bagong dari Kacuk. Sebenarnya aku lebih nyaman menggunakan bus Bagong dari Kacuk karena lebih nyaman aja menggunakan bus kecil dan rasanya juga lebih aman. Biasanya yang naik bus Bagong adalah orang-orang bekerja yang tiap hari naik bus yang sama. Kalau di Terminal Arjosari sih sepengalamanku, bis-nya agak nggak pasti. Kalau bis Bagong jam-nya lebih pasti. Tergantung tempat kalian tinggal juga sih lebih dekat kemana. Rata-rata dikenakan tarif 15 ribu rupiah aja kok. Jika berangkat dari Terminal Arjosari , usahakan pukul

Fathers and Daughters (2015) sinopsis

Aku baru menonton film Fathers and Daughters yang katanya bagus. Wew, personally, it's like my own story. Film ini bercerita tentang seorang ayah yang merupakan penulis yang harus merawat dan membesarkan putrinya seorang diri setelah istrinya meninggal akibat kecelakaan. Sang ayah pun yang keuangannya tidak stabil harus berjuang menulis novel agar bisa memenuhi kebutuhan hidup. Padahal, sang ayah juga keadaannya tidak sehat secara mental. Terlihat bagaimana perjuangan sang ayah untuk membesarkan putrinya mati-matian dan juga adanya konflik dari keluarga adek ipar sang ayah yang ingin mengadopsi putrinya. Sang ayah pun meninggal setelah menyelesaikan novel Fathers and Daughters yang akhirnya mendapat penghargaan tertinggi untuk karya sastra. Plot cerita di film ini maju dan mundur, karena diceritakan juga kehidupan sang anak yang bernama Katie saat dewasa. Ia adalah seorang psikolog yang di hidupnya ia merasa ada yang salah atau kosong. Sampai ia pun akhirnya bertemu dengan seora