Papa saya termasuk orang yang suka mengajak saya nonton film
Indonesia yang sedang bagus. Akhir-akhir ini film Indonesia sedang
bagus-bagusnya dan banyak pelajaran yang bisa diambil. Film Indonesia terakhir
yang saya tonton adalah Cek Toko Sebelah dan Kartini. Awalnya skeptis sama Cek
Toko Sebelah, tapi penasaran karena banyak yang bilang bagus. Eh, ternyata
bagus beneran dan ceritanya sederhana tapi banyak pelajaran bagus yang bisa
dipetik. Selanjutnya yang baru saja saya tonton yaitu Kartini.
Saya sebenarnya
nggak pernah baca biografi tentang Kartini dan baru tau seberapa menderita dan
terkungkungnya wanita jaman dahulu waktu nonton film ini. Dikisahkan R.A.
Kartini adalah seorang anak dari seorang Bupati Jepara yang memiliki 11 orang
saudara. Ayahnya sendiri bernama R.M Sosroningrat, memiliki 2 orang istri,
yaitu ibu dari Kartini M.A Ngasirah yang merupakan anak dari seorang kyai atau
guru agama, sedang istri keduanya adalah Raden Adjeng Woerjan yang merupakan
seorang bangsawan keturunan langsung dari Raja Madura ketika itu.
Diceritakan bahwa Kartini memiliki mimpi dan cita-cita yang
tinggi untuk sekolah. Namun, pada masa itu wanita tidak boleh sekolah tinggi
karena tujuan wanita hanya untuk menikah, bahkan dimulai dari usia belasan
tahun. Apalagi, Kartini harus menjalani pingitan untuk mencapai Raden Adjeng. Kakak
dari Kartini memberikan beliau semangat untuk terus belajar. Jiwa ini dapat
terkungkung, tapi pikiran ini tidak. Oleh karena itu kakak Kartini memberikan
banyak buku untuk dibaca agar Kartini berpikiran semakin luas.
Dan Kartini-pun didukung oleh ayahnya yang pada akhirnya
mendukung Kartini dan kedua adiknya untuk berkembang dan melonggarkan aturan
pingitan. Kartini menulis banyak artikel yang kemudian dimuat di media Belanda.
Pemikirannya banyak mempengaruhi orang-orang jaman itu, terutama kaum-kaum
wanita untuk bisa melakukan perubahan, untuk bisa mendapatkan haknya untuk
menjadi pintar setara dengan laki-laki.
Setelah nonton film ini, saya merasa bahwa apa yang saya
alami sekarang juga merupakan buah dari perjuangan beliau, dimana beliau dulu
harus sangat bertata krama, dipingit, tidak boleh sekolah tinggi, dan sekarang
para wanita sudah setara dengan laki-laki dalam hal mendapatkan hak asasinya.
Wanita jaman sekarang bisa bebas mengemukakan pendapat, bersekolah tinggi, bisa
menjadi pemimpin, dan bahkan bisa menjadi inspirasi juga bagi para laki-laki.
Sangat disayangkan jika jaman sekarang beberapa wanita yang
menjadi media influencer malah
melakukan hal yang 180 derajat dilakukan kartini. Dari berkata kasar,
berkelakuan kasar, tidak menjunjung tinggi kesopanan, dan kurang mementingkan
pendidikan. Sayangnya, banyak pengikutnya yang mengatakan bahwa itu keren.
Well.... sepertinya model-model wanita yang seperti itu harus nonton film ini
biar sadar.
Secara keseluruhan, menurut
saya film ini sangat layak tonton. Dengan durasi 122 menit, saya malah
merasa kurang karena tidak diceritakan kehidupan Kartini setelah menikah sampai
meninggal. Segala ceritanya detil. Pemainnya keren semua, apalagi Dian Sastro
sebagai Kartini. Bagi saya nilainya 8,5/10.
Comments
Post a Comment