Skip to main content

Tips sotoy: Interview untuk apply visa US

Saya mau share sedikit pengalaman saya kemarin interview buat apply visa US. This is my first time to US dan saya memang pergi dengan tour agent karena saya pergi bersama orang tua yang tentunya ga mau ribet hehehe. Kebetulan orang tua saya sudah punya visa US. Pstt... visa US ini keluarnya emang multiple... so, "nggak rugi" lah kalo mau bikin, bisa pergi lagi kesana (dalam 5 tahun sejak pembuatan visa) kalo ada rejeki hehehe.

Saya nggak bisa cerita banyak soal peng-apply-an visa online ini karena memang saya pun ngurusnya dibantu agen pembuatan visa. Tugas saya adalah ngisi formulir DS-160 yang nantinya saya kirimkan ke agen untuk diinput secara online. Kalo ada yang tanya, ribet nggak sih syarat-syaratnya? Saya rasa sih enggak, bahkan menurut saya yang paling mudah. Namanya ngurus visa pasti kita bikin persiapan lebih karena takut bakal ditanya-tanya. Kalo pas saya bikin visa Korea dulu pake nyertain laporan pajak. Atau visa-visa yang lain pasti suruh nyertain rekening koran (yang bikin makan ati karena ngumpulin uang dari utangan ahahahaha) dan surat rekomendasi bank.

Untuk visa US ini yang saya persiapkan untuk dibawa saat hari interview adalah rekening koran, surat rekomendasi bank, paspor saya dan paspor orang tua yang sudah ada visa US-nya, surat rekomendasi dari tempat kerja, foto 5x5cm dengan background putih, NPWP, KTP, buku tabungan asli, akte lahir, akte nikah orang tua.

Nah akhirnya tibalah hari appointment saya buat interview, yaitu hari Jumat, dan saya memilih untuk interview di U.S. Consulate General Surabaya, ya karena rumah saya di Malang. Appointment saya sih jam 8.45, tapi saya udah dateng disitu jam 7.35. Oh ya, kendaraan nggak boleh berhenti terlalu lama ya di depannya, jadi cuma boleh nge-drop-in penumpang aja. Asli, suasananya mencekam dari luar, serem, tapi saya udah nggak sempet mikir macem-macem lagi karena udah tanggung disitu ahahaha. Di depan, ada pos penjagaan. Disitu saya disuruh mengeluarkan handphone, make up, alat elektronik lain, dan map dokumen. Hp harus dalam keadaan mati. Semua yang dikeluarkan ditaruh di keranjang plastik dan kita disuruh membawanya sampai menuju masuk ke penjagaan selanjutnya. Di penjagaan selanjutnya, KTP asli kita diminta, barang-barang di keranjang (kecuali map dokumen) ditinggal di pos penjagaan kedua dan kita akan diberi "tanda terima" seperti kartu yang nanti bisa kita tukar lagi saat keluar. Lalu kita juga diberi tanda pengenal. Tas kita dimasukkan X-ray. Lalu kita diarahkan masuk ke ruang dalam.

Di dalam kita akan diberi nomor antrian. Btw, ini kayaknya saya juga nggak ditanya jam janjian saya jam berapa, ya masuk-masuk aja gitu (mengingat jam appointment saya kan masih se jam lagi seharusnya). Lalu nanti dipanggil ke loket 5 untuk diminta print DS-160 bagian appointment, paspor asli dan 1 lembar foto 5x5cm background putih. Lalu duduk lagi dan kemudian akan dipanggil untuk wawancara sama bule. Bule nya bisa Bahasa, jadi kalo kamu ajak omong Bahasa, dia juga jawab Bahasa, kalo pake Inggris ya bulenya jawab pake Inggris. Nah karena saya duduknya (pas nunggu) deket sama loket wawancara (iya gaes, wawancaranya berdiri di depan loket gitu) saya jadi bisa nguping bakal ditanya apa aja sih sama si bule. Saya curi dengar pertama kali pasti ditanya ngapain ke US. Ada yang ikut Boston Marathon, si bule nanya udah ikut marathon dimana aja, terus tanya berapa lama disana, terus kayak bukti pendaftaran marathonnya. Udah gitu aja, visa keluar deh. Ada juga yang mau liburan, nyusul kakaknya yang kuliah di US, mentok ditanya berapa hari, kakaknya kuliah dimana. Nah yang bikin agak "mengkhawatirkan" kalo kalian pergi sendiri, ditanyanya lebih ribet, ada nggak saudara di US, kerja apa, sama siapa aja perginya, istrinya kerja apa dll. Pokoknya makin "berangkat sendiri" atau makin "nggak jelas" pasti ditanya makin banyak. Kalo tujuannya buat kerja atau bisnis, biasanya ditanya "invitation"nya. Ada juga kejadian seorang lansia yang mau ngunjungin anaknya di US yang nggak pulang 15 tahun. Bule-nya tanyanya banyak banget, kenapa ga pulang lama, apa status imigrasi anaknya, karena ibu itu nggak bisa jawab, ditolaklah visanya. Kalo saya ditanya tujuan apa, pergi kemana, berapa hari, pergi sama siapa, orang tua udah punya visa US, dan diakhiri dengan... "selamat jalan". Oh woowww... pengajuan visa saya diterima! Thank God! Dan jam 8.25 urusan visa saya dah kelar. Cepet banget!

Lalu gimana dengan dokumen yang saya siapin? Nggak ada yang ditanyain ahahahaha, termasuk ngumpulin rekening koran yang bikin "sakit hati" nyiapinnya. Dan selama mencuri dengar ya nggak ada yang ditanya rekening koran sih. Tapi bukan berarti nggak perlu, mending disiapin karena kita nggak bakal tau apa aja yang ditanya. Pokoknya selama perginya jelas sih nggak bakal masalah, apalagi pake tour. Dan visa saya jadi dalam 3 hari kerja. Coooollll.

Sekian share saya, semoga beruntung dalam pengajuan visa US-nya dan saya nggak sabar untuk berangkatttt.

NOTE: ini berdasarkan pengalaman pribadi saya, apply visa US untuk wawancara di konsulat US Surabaya ya, nggak tau kalo di Jakarta hehehe.


Comments

Popular posts from this blog

Cerita menginap di Bandara Terminal 2D Soekarno-Hatta

Tengah malem ini aku mau sharing tentang perjalananku menuju Hong Kong yang agak "loncat-loncat". Maklum tinggal di Kota Malang begini adanya. Jadi ceritanya flight-ku baru besok jam 4 pagi dari Jakarta ke Hong Kong via Singapura. Yang mana hari ini dengan pesawat Garuda paling malem aku terbang dari Surabaya ke Jakarta. Jalan panjang bro dan jadinya ngemper di Terminal 2D sekitar 5 jam. Pengalaman nginep bandara. Jadi kali ini aku mau sharing sedikit mengenai gimana pindah terminal, nginep di bandara, dan transit. Turun di Terminal 3 Ultimate membuatku takjub. Makin cakep aja, udah menuju kayak Changi nih. Oh ya sebenernya kekurangan dari turun di Terminal 3 ini adalah pesawat menuju tempat parkirnya jauh banget dari runway landingnya jadinya "molor" kedatangannya, belum lagi kalo ga ada fasilitas garbarata. Masih naik bus lagi ke terminal kedatangan.  Tapi mungkin juga masih dalam tahap perbaikan ya. Seperti biasa kalo pake Garuda nunggu bagasinya ga lama-la

Survival tips: Jadwal bus Malang-Blitar pagi

Internship di Wlingi Kabupaten Blitar, indah untuk dikenang tapi tidak untuk diulang hehehe. Bagi yang berasal dari Kota Malang, internship di Wlingi sebenarnya cukup menyenangkan. Hanya berjarak 1,5 jam kalau naik kendaraan pribadi dan 2 jam jika menggunakan bus. Aku mau berbagi sedikit survival tips jika ingin ke Wlingi pada pagi hari menggunakan bus dari Malang jurusan ke Blitar/Trenggalek, bisa berangkat dari Terminal Arjosari menggunakan bis besar atau naik bus Bagong dari Kacuk. Sebenarnya aku lebih nyaman menggunakan bus Bagong dari Kacuk karena lebih nyaman aja menggunakan bus kecil dan rasanya juga lebih aman. Biasanya yang naik bus Bagong adalah orang-orang bekerja yang tiap hari naik bus yang sama. Kalau di Terminal Arjosari sih sepengalamanku, bis-nya agak nggak pasti. Kalau bis Bagong jam-nya lebih pasti. Tergantung tempat kalian tinggal juga sih lebih dekat kemana. Rata-rata dikenakan tarif 15 ribu rupiah aja kok. Jika berangkat dari Terminal Arjosari , usahakan pukul

Fathers and Daughters (2015) sinopsis

Aku baru menonton film Fathers and Daughters yang katanya bagus. Wew, personally, it's like my own story. Film ini bercerita tentang seorang ayah yang merupakan penulis yang harus merawat dan membesarkan putrinya seorang diri setelah istrinya meninggal akibat kecelakaan. Sang ayah pun yang keuangannya tidak stabil harus berjuang menulis novel agar bisa memenuhi kebutuhan hidup. Padahal, sang ayah juga keadaannya tidak sehat secara mental. Terlihat bagaimana perjuangan sang ayah untuk membesarkan putrinya mati-matian dan juga adanya konflik dari keluarga adek ipar sang ayah yang ingin mengadopsi putrinya. Sang ayah pun meninggal setelah menyelesaikan novel Fathers and Daughters yang akhirnya mendapat penghargaan tertinggi untuk karya sastra. Plot cerita di film ini maju dan mundur, karena diceritakan juga kehidupan sang anak yang bernama Katie saat dewasa. Ia adalah seorang psikolog yang di hidupnya ia merasa ada yang salah atau kosong. Sampai ia pun akhirnya bertemu dengan seora