Skip to main content

Dari Singapura menuju Johor Bahru

Hari ini saya mau share tentang cara ke Johor dari Singapura. Mungkin udah banyak banget yang tau ya caranya, cuma mungkin ini saya akan cerita menurut pengalaman saya. Jadi tanggal 15 Juni 2018 saya memutuskan untuk ke Johor (iya waktu hari pertama lebaran). Saya menuju Queen Street Terminal dengan menggunakan bus dari Hoot Kiam Road. Sesampainya di Queen Street Terminal jujur aja saya bingung banget mau pilih bus yang mana dan dimana saya ngantrinya. Ada 3 perusahaan yang mengoperasikan bus menuju ke Johor. Pertama adalah SBS Transit 170, lalu SJE (Singapore Johor Express), dan Causeway Link CW2. Petugas disana juga sangat tidak membantu dan tidak ramah. Jadi waktu itu saya pilih yang cepet aja (yang ada aja) yaitu SJE. Iya memang benar saat itu cepet berangkatnya, tapi waktu nyampe di Woodlands point (imigrasi keluar Singapura) saya ditinggal bus di depan mata saya. Jadi saya harus nunggu lama banget, sekitar 45 menit. Sedangkan SBS dan Causeway Link udah bersliweran aja huhuhuhu. Habis dari Woodlands kita diangkut untuk ke Sultan Abu Bakar CIQ Complex (imigrasi masuk Johor Baru). Sebenernya ga jauh sih, tapi macetnya kebangetan soalnya hari pertama Hari Raya sih. Dan part yang paling ga menyenangkannya, seperti yang sudah saya ceritain sebelumnya, saya antri imigrasi masuk Johor Baru 3 jam. Dengan tidak ada pengaturan antrian yang baik. Dempet-dempetan sama orang-orang. Aduh persis mah sama antri-antri ala Indonesia.

Ada beberapa hal yang perlu di note untuk perjalanan ini:
  1. Ke Johor bisa dari beberapa tempat, tapi saya memilih di Queen Street Terminal karena deket aja dari Hoot Kiam Road hehehe
  2. Bus yang kalian pilih dari Queen Street Terminal harus sama seperti yang bakal mengangkut kalian dari Woodlands ke CIQ Complex. Causeway link katanya yang paling banyak diminati (tapi saat saya disana, antrinya puanjaaaaang dan busnya nggak datang-datang).
  3. SBS akan berhenti di setiap halte yang dilalui sebelum nyampe di Woodlands, kalo SJE dan CW sih enggak, mereka langsung ke Woodlands check point
  4. Saat turun di Woodlands check point, orang-orang yang berlari-lari dan terburu-buru untuk naik ke imigrasi dan melewati imigrasi karena mereka takut ditinggal the same bus yang bawa mereka tadi (nggak kayak saya yang ketinggalan dan terpaksa menunggu 45 menit)
  5. Pengaturan antri di CIQ emang parah banget sih (pada kasus saya rame banget karena Hari Raya), makanya siapin bekel, atau paling nggak minuman
  6. Keluar dari CIQ kalian bisa mengambil bus sesuai dengan pilihan kalian (disini saya memutuskan naik taksi ke Johor Premium Outlet karena udah lelah banget)
Lalu bagaimana cara kembali dari Johor Bahru ke Singapura?

Kalian bisa kembali ke CIQ yang berada di seberang dari JB sentral. Masuk imigrasi seperti biasa, lalu turun ke bawah ke tempat bus. Saya saat pulang memilih naik Causeway link (yang emang paling banyak disukai, armadanya juga banyak jadi nggak perlu nunggu lama kalo ditinggal bus). Saat di Woodlands-pun saya nunggu bus barunya juga nggak lama kok (untuk menuju ke Queen Street Terminal).



Di dalam bus dari CIQ menuju Woodlands point
Pertanyaannya, ribet nggak sih naik bus? Ribet banget pastinya, karena kita naik turun bus dan nenteng-nenteng koper. Makanya disarankan sih bawa kopernya yang kecil aja. Kalo bawa anak kecil pasti lebih ribet lagi huhuhu. Beberapa orang yang saya baca di blognya ada aja yang memilih naik transportasi lain. Tapi naik bus emang murah sih hehehe.

Begitulah cerita saya menurut pengalaman saya, semoga bisa bermanfaat!

Comments

Popular posts from this blog

Cerita menginap di Bandara Terminal 2D Soekarno-Hatta

Tengah malem ini aku mau sharing tentang perjalananku menuju Hong Kong yang agak "loncat-loncat". Maklum tinggal di Kota Malang begini adanya. Jadi ceritanya flight-ku baru besok jam 4 pagi dari Jakarta ke Hong Kong via Singapura. Yang mana hari ini dengan pesawat Garuda paling malem aku terbang dari Surabaya ke Jakarta. Jalan panjang bro dan jadinya ngemper di Terminal 2D sekitar 5 jam. Pengalaman nginep bandara. Jadi kali ini aku mau sharing sedikit mengenai gimana pindah terminal, nginep di bandara, dan transit. Turun di Terminal 3 Ultimate membuatku takjub. Makin cakep aja, udah menuju kayak Changi nih. Oh ya sebenernya kekurangan dari turun di Terminal 3 ini adalah pesawat menuju tempat parkirnya jauh banget dari runway landingnya jadinya "molor" kedatangannya, belum lagi kalo ga ada fasilitas garbarata. Masih naik bus lagi ke terminal kedatangan.  Tapi mungkin juga masih dalam tahap perbaikan ya. Seperti biasa kalo pake Garuda nunggu bagasinya ga lama-la

Survival tips: Jadwal bus Malang-Blitar pagi

Internship di Wlingi Kabupaten Blitar, indah untuk dikenang tapi tidak untuk diulang hehehe. Bagi yang berasal dari Kota Malang, internship di Wlingi sebenarnya cukup menyenangkan. Hanya berjarak 1,5 jam kalau naik kendaraan pribadi dan 2 jam jika menggunakan bus. Aku mau berbagi sedikit survival tips jika ingin ke Wlingi pada pagi hari menggunakan bus dari Malang jurusan ke Blitar/Trenggalek, bisa berangkat dari Terminal Arjosari menggunakan bis besar atau naik bus Bagong dari Kacuk. Sebenarnya aku lebih nyaman menggunakan bus Bagong dari Kacuk karena lebih nyaman aja menggunakan bus kecil dan rasanya juga lebih aman. Biasanya yang naik bus Bagong adalah orang-orang bekerja yang tiap hari naik bus yang sama. Kalau di Terminal Arjosari sih sepengalamanku, bis-nya agak nggak pasti. Kalau bis Bagong jam-nya lebih pasti. Tergantung tempat kalian tinggal juga sih lebih dekat kemana. Rata-rata dikenakan tarif 15 ribu rupiah aja kok. Jika berangkat dari Terminal Arjosari , usahakan pukul

Fathers and Daughters (2015) sinopsis

Aku baru menonton film Fathers and Daughters yang katanya bagus. Wew, personally, it's like my own story. Film ini bercerita tentang seorang ayah yang merupakan penulis yang harus merawat dan membesarkan putrinya seorang diri setelah istrinya meninggal akibat kecelakaan. Sang ayah pun yang keuangannya tidak stabil harus berjuang menulis novel agar bisa memenuhi kebutuhan hidup. Padahal, sang ayah juga keadaannya tidak sehat secara mental. Terlihat bagaimana perjuangan sang ayah untuk membesarkan putrinya mati-matian dan juga adanya konflik dari keluarga adek ipar sang ayah yang ingin mengadopsi putrinya. Sang ayah pun meninggal setelah menyelesaikan novel Fathers and Daughters yang akhirnya mendapat penghargaan tertinggi untuk karya sastra. Plot cerita di film ini maju dan mundur, karena diceritakan juga kehidupan sang anak yang bernama Katie saat dewasa. Ia adalah seorang psikolog yang di hidupnya ia merasa ada yang salah atau kosong. Sampai ia pun akhirnya bertemu dengan seora