Skip to main content

Spread Love, Stop Hate on Social Media #AgaintsCOVID19



Ga nyangka, ini tepat setahun terakhir kali aku menulis di blog ini. Ga nyangka juga, tahun ini akan terjadi seperti. Tahun 2020 adalah tahun yang terlalu banyak rencana buatku. Dari awal tahun yang diawali dengan tiba-tiba aku yang tidak bisa main musik ini tiba-tiba ikut lomba band Dekan Cup di awal Januari. Iya, aku ga bisa sama sekali, apalagi main bass. Berbekal diajari oleh seniorku dan les sebentar, akhirnya aku ikutan lomba Dekan Cup. Pastinya aku masih banyak kekurangan dan jauh dari bagus, main pun masih mikir. Tapi aku sedikit bangga dengan diriku karena itu, aku mampu melakukan hal yang aku pikir nggak bisa.

Di bulan Februari, aku pergi ke Bangkok untuk mengikuti acara RCD Bangkok 2020 selama seminggu. Kalo diinget-inget, aku kadang masih ga percaya aku kesana. Aku kesana setelah melalui banyak drama sebelumnya. Aku akan ceritakan ini nanti. 

Bulan Maret awal, ga berapa lama setelah kami pulang dari Bangkok, diumumkan kasus pertama positif COVID-19 di Indonesia. Tentunya sepulang dari Bangkok kami ga bisa self-quarantine karena harus stase dan pelayanan. Tapi kami was-was juga selama 14 hari, mudah-mudahan kami aman dan sehat. Puji Tuhan kami semua sehat dan tidak menunjukkan gejala-gejala COVID-19 sedikitpun.

Apakah setelah itu aku lega?

Ternyata tidak. Kondisinya makin memburuk. 

Semakin hari pengumuman pasien COVID-19 semakin banyak yang positif, beberapa meninggal, dan sedihnya beberapa adalah tenaga medis. Menyuarakan social distancing atau yang sekarang diganti menjadi physical distancing ke masyarakat Indonesia itu susah. Aku masih aktif di Twitter walaupun tidak bisa se-produktif 10 tahun lalu. Semakin kesini aku membaca banyak tweet atau buah pikiran manusia yang berbeda-beda. Ditengah kondisi bangsa bahkan dunia yang tengah mengalami pandemi, kok bisa ya orang malah jahat, tidak mengindahkan peraturan, membahayakan orang lain, atau bahkan membuat kondisi ini mungkin sebagai lelucon. 

Terlalu banyak berita hoax, berita-berita sesat yang bilang bahwa minum A bisa menyembuhkan, makan bawang bisa mencegah COVID-19, pakai sarung tangan bedah bisa menghindarkan dari terkena SARS-COV-2 dan lain lain. Kebodohan itu menular

Tolong, itu semua apakah ada sumber jurnalnya atau penelitiannya? Kenapa orang begitu mudah menyebarkan kebohongan? Kenapa empati kita mati? Hati nurani kita dimana? Dimana cinta kasih kalian untuk sesama? Bagi beberapa orang kondisi ini dijadikan lelucon. Sedih. Di suatu media sosial saya melihat wedding organizer di kota saya memakai sarung tangan bedah ketika bekerja. Bukan hanya itu, mereka malah membuat itu lelucon. Terlihat lucu buatmu?

Ada hati orang tua, istri, suami, anak yang khawatir dan berdoa tanpa henti ketika keluarganya yang merupakan tenaga medis harus menjadi garda terdepan dalam menghadapi situasi ini. 
Ada hati orang tua, istri, suami, anak yang khawatir dan berdoa tanpa henti ketika keluarganya positif terkena COVID-19.
Ada hati orang tua, istri, suami, anak yang khawatir dan berdoa tanpa henti ketika keluarganya meninggal karena COVID-19 dan mereka tidak bisa mengucapkan ucapan selamat tinggal atau melihat wajahnya terakhir kali karena menurut peraturan bahwa dalam 4 jam, jenazah harus segera dimakamkan.

Masih terlihat lucu buatmu?

Tuhan menunjukkan kepadaku, bagaimana manusia yang diberikan akal budi bisa menjadi jahat pada sesamanya. Kalo memang tidak membantu barang atau uang, setidaknya bantulah menyebarkan hal positif, jangan menyebarkan yang belum tentu benar, sebarkan kekuatan, saling jaga, saling bantu. Jangan nyinyir terus dan merasa tau sehingga merasa berhak menyimpulkan.

Spread the love, please. Ini saatnya kita bersatu dan berbenah diri. Dunia ini cuma satu dan kita pakai bersama. Be kind one another. 

Comments

Popular posts from this blog

Cerita menginap di Bandara Terminal 2D Soekarno-Hatta

Tengah malem ini aku mau sharing tentang perjalananku menuju Hong Kong yang agak "loncat-loncat". Maklum tinggal di Kota Malang begini adanya. Jadi ceritanya flight-ku baru besok jam 4 pagi dari Jakarta ke Hong Kong via Singapura. Yang mana hari ini dengan pesawat Garuda paling malem aku terbang dari Surabaya ke Jakarta. Jalan panjang bro dan jadinya ngemper di Terminal 2D sekitar 5 jam. Pengalaman nginep bandara. Jadi kali ini aku mau sharing sedikit mengenai gimana pindah terminal, nginep di bandara, dan transit. Turun di Terminal 3 Ultimate membuatku takjub. Makin cakep aja, udah menuju kayak Changi nih. Oh ya sebenernya kekurangan dari turun di Terminal 3 ini adalah pesawat menuju tempat parkirnya jauh banget dari runway landingnya jadinya "molor" kedatangannya, belum lagi kalo ga ada fasilitas garbarata. Masih naik bus lagi ke terminal kedatangan.  Tapi mungkin juga masih dalam tahap perbaikan ya. Seperti biasa kalo pake Garuda nunggu bagasinya ga lama-la

Survival tips: Jadwal bus Malang-Blitar pagi

Internship di Wlingi Kabupaten Blitar, indah untuk dikenang tapi tidak untuk diulang hehehe. Bagi yang berasal dari Kota Malang, internship di Wlingi sebenarnya cukup menyenangkan. Hanya berjarak 1,5 jam kalau naik kendaraan pribadi dan 2 jam jika menggunakan bus. Aku mau berbagi sedikit survival tips jika ingin ke Wlingi pada pagi hari menggunakan bus dari Malang jurusan ke Blitar/Trenggalek, bisa berangkat dari Terminal Arjosari menggunakan bis besar atau naik bus Bagong dari Kacuk. Sebenarnya aku lebih nyaman menggunakan bus Bagong dari Kacuk karena lebih nyaman aja menggunakan bus kecil dan rasanya juga lebih aman. Biasanya yang naik bus Bagong adalah orang-orang bekerja yang tiap hari naik bus yang sama. Kalau di Terminal Arjosari sih sepengalamanku, bis-nya agak nggak pasti. Kalau bis Bagong jam-nya lebih pasti. Tergantung tempat kalian tinggal juga sih lebih dekat kemana. Rata-rata dikenakan tarif 15 ribu rupiah aja kok. Jika berangkat dari Terminal Arjosari , usahakan pukul

Fathers and Daughters (2015) sinopsis

Aku baru menonton film Fathers and Daughters yang katanya bagus. Wew, personally, it's like my own story. Film ini bercerita tentang seorang ayah yang merupakan penulis yang harus merawat dan membesarkan putrinya seorang diri setelah istrinya meninggal akibat kecelakaan. Sang ayah pun yang keuangannya tidak stabil harus berjuang menulis novel agar bisa memenuhi kebutuhan hidup. Padahal, sang ayah juga keadaannya tidak sehat secara mental. Terlihat bagaimana perjuangan sang ayah untuk membesarkan putrinya mati-matian dan juga adanya konflik dari keluarga adek ipar sang ayah yang ingin mengadopsi putrinya. Sang ayah pun meninggal setelah menyelesaikan novel Fathers and Daughters yang akhirnya mendapat penghargaan tertinggi untuk karya sastra. Plot cerita di film ini maju dan mundur, karena diceritakan juga kehidupan sang anak yang bernama Katie saat dewasa. Ia adalah seorang psikolog yang di hidupnya ia merasa ada yang salah atau kosong. Sampai ia pun akhirnya bertemu dengan seora