Di bulan Februari, aku pergi ke Bangkok untuk mengikuti acara RCD Bangkok 2020 selama seminggu. Kalo diinget-inget, aku kadang masih ga percaya aku kesana. Aku kesana setelah melalui banyak drama sebelumnya. Aku akan ceritakan ini nanti.
Bulan Maret awal, ga berapa lama setelah kami pulang dari Bangkok, diumumkan kasus pertama positif COVID-19 di Indonesia. Tentunya sepulang dari Bangkok kami ga bisa self-quarantine karena harus stase dan pelayanan. Tapi kami was-was juga selama 14 hari, mudah-mudahan kami aman dan sehat. Puji Tuhan kami semua sehat dan tidak menunjukkan gejala-gejala COVID-19 sedikitpun.
Apakah setelah itu aku lega?
Ternyata tidak. Kondisinya makin memburuk.
Semakin hari pengumuman pasien COVID-19 semakin banyak yang positif, beberapa meninggal, dan sedihnya beberapa adalah tenaga medis. Menyuarakan social distancing atau yang sekarang diganti menjadi physical distancing ke masyarakat Indonesia itu susah. Aku masih aktif di Twitter walaupun tidak bisa se-produktif 10 tahun lalu. Semakin kesini aku membaca banyak tweet atau buah pikiran manusia yang berbeda-beda. Ditengah kondisi bangsa bahkan dunia yang tengah mengalami pandemi, kok bisa ya orang malah jahat, tidak mengindahkan peraturan, membahayakan orang lain, atau bahkan membuat kondisi ini mungkin sebagai lelucon.
Terlalu banyak berita hoax, berita-berita sesat yang bilang bahwa minum A bisa menyembuhkan, makan bawang bisa mencegah COVID-19, pakai sarung tangan bedah bisa menghindarkan dari terkena SARS-COV-2 dan lain lain. Kebodohan itu menular.
Tolong, itu semua apakah ada sumber jurnalnya atau penelitiannya? Kenapa orang begitu mudah menyebarkan kebohongan? Kenapa empati kita mati? Hati nurani kita dimana? Dimana cinta kasih kalian untuk sesama? Bagi beberapa orang kondisi ini dijadikan lelucon. Sedih. Di suatu media sosial saya melihat wedding organizer di kota saya memakai sarung tangan bedah ketika bekerja. Bukan hanya itu, mereka malah membuat itu lelucon. Terlihat lucu buatmu?
Ada hati orang tua, istri, suami, anak yang khawatir dan berdoa tanpa henti ketika keluarganya yang merupakan tenaga medis harus menjadi garda terdepan dalam menghadapi situasi ini.
Ada hati orang tua, istri, suami, anak yang khawatir dan berdoa tanpa henti ketika keluarganya positif terkena COVID-19.
Ada hati orang tua, istri, suami, anak yang khawatir dan berdoa tanpa henti ketika keluarganya meninggal karena COVID-19 dan mereka tidak bisa mengucapkan ucapan selamat tinggal atau melihat wajahnya terakhir kali karena menurut peraturan bahwa dalam 4 jam, jenazah harus segera dimakamkan.
Masih terlihat lucu buatmu?
Tuhan menunjukkan kepadaku, bagaimana manusia yang diberikan akal budi bisa menjadi jahat pada sesamanya. Kalo memang tidak membantu barang atau uang, setidaknya bantulah menyebarkan hal positif, jangan menyebarkan yang belum tentu benar, sebarkan kekuatan, saling jaga, saling bantu. Jangan nyinyir terus dan merasa tau sehingga merasa berhak menyimpulkan.
Spread the love, please. Ini saatnya kita bersatu dan berbenah diri. Dunia ini cuma satu dan kita pakai bersama. Be kind one another.
Comments
Post a Comment