Skip to main content

Backpacker ke Bunaken 1

Nah, sekarang aku akan menceritakan pengalamanku backpacker ke Bunaken. Kebetulan hari itu aku menginap di Swiss-Belhotel Maleosan Manado . Dari hotel ke pelabuhan aku dan papaku naik angkot, per orang kurang lebih 3000 rupiah. Jaraknya pun tidak jauh, mungkin hanya 2km. Hati-hati, jangan gampang naik taksi di Manado, karena harganya luar biasa mahal. Karena hari Minggu, tidak banyak kapal yang akan berangkat ke Bunaken. Kalau mau, menyewa kapal 400ribu rupiah per kapal pulang-pergi, dan menurutku itu sangat mahal! Jadi tunggulah agak berapa lama di pelabuhan, tunggulah rombongan atau orang yang akan berangkat ke Bunaken juga, jadi bisa patungan. Waktu itu akhirnya aku dan papaku mendapat harga 200rb untuk 2 orang, lumayanlah bisa setengahnya. Perjalanan ke Manado ditempuh dalam waktu setengah jam, dan sepanjang perjalanan pemandangannya indah sekali :)





Sesampainya di Pulau Bunaken kita akan disuruh beristirahat dan mencicipi makanan lokal. Waktu itu aku makan pisang goreng khas Bunaken yang menurutku bener-bener enak banget karena pisangnya tidak terlalu manis dan dimakan dengan sambal. Harganya 25ribu (per 12 buah), tapi juga bisa beli setengahnya, 15ribu (per 6 buah) dan pisang gorengnya besar-besar gitu semacam pisang kipas. Jangan lewatkan juga menikmati es kelapa muda dari buahnya langsung. Harganya 12,5ribu per porsi.


Setelah itu kita nego-negonya harga baju dan alat snorkling, harga terbaik adalah 110rb. Mahal sih, tapi nggak rugi kok. Dan yang paling penting adalah foto underwater. Ya, disana ada fotografer khusus underwater. Harganya memang 300rb per 80 foto. Tapi kalau rame-rame sama rombongan kan bisa urunan hehehe. Dan bener-bener sumbut! Kenapa? Karena fotografernya mau ikutan menyelam, mau diulang kalo fotonya jelek, mau nganter ke spot paling bagus, wah kayak fotografer di studio deh :p
Soft copy fotonya akan dimasukkan ke CD.
Menikmati karang-karang di Bunaken memang luar biasa indahnya. This is the greatness of God :)


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cerita menginap di Bandara Terminal 2D Soekarno-Hatta

Tengah malem ini aku mau sharing tentang perjalananku menuju Hong Kong yang agak "loncat-loncat". Maklum tinggal di Kota Malang begini adanya. Jadi ceritanya flight-ku baru besok jam 4 pagi dari Jakarta ke Hong Kong via Singapura. Yang mana hari ini dengan pesawat Garuda paling malem aku terbang dari Surabaya ke Jakarta. Jalan panjang bro dan jadinya ngemper di Terminal 2D sekitar 5 jam. Pengalaman nginep bandara. Jadi kali ini aku mau sharing sedikit mengenai gimana pindah terminal, nginep di bandara, dan transit. Turun di Terminal 3 Ultimate membuatku takjub. Makin cakep aja, udah menuju kayak Changi nih. Oh ya sebenernya kekurangan dari turun di Terminal 3 ini adalah pesawat menuju tempat parkirnya jauh banget dari runway landingnya jadinya "molor" kedatangannya, belum lagi kalo ga ada fasilitas garbarata. Masih naik bus lagi ke terminal kedatangan.  Tapi mungkin juga masih dalam tahap perbaikan ya. Seperti biasa kalo pake Garuda nunggu bagasinya ga lama-la

Survival tips: Jadwal bus Malang-Blitar pagi

Internship di Wlingi Kabupaten Blitar, indah untuk dikenang tapi tidak untuk diulang hehehe. Bagi yang berasal dari Kota Malang, internship di Wlingi sebenarnya cukup menyenangkan. Hanya berjarak 1,5 jam kalau naik kendaraan pribadi dan 2 jam jika menggunakan bus. Aku mau berbagi sedikit survival tips jika ingin ke Wlingi pada pagi hari menggunakan bus dari Malang jurusan ke Blitar/Trenggalek, bisa berangkat dari Terminal Arjosari menggunakan bis besar atau naik bus Bagong dari Kacuk. Sebenarnya aku lebih nyaman menggunakan bus Bagong dari Kacuk karena lebih nyaman aja menggunakan bus kecil dan rasanya juga lebih aman. Biasanya yang naik bus Bagong adalah orang-orang bekerja yang tiap hari naik bus yang sama. Kalau di Terminal Arjosari sih sepengalamanku, bis-nya agak nggak pasti. Kalau bis Bagong jam-nya lebih pasti. Tergantung tempat kalian tinggal juga sih lebih dekat kemana. Rata-rata dikenakan tarif 15 ribu rupiah aja kok. Jika berangkat dari Terminal Arjosari , usahakan pukul

Fathers and Daughters (2015) sinopsis

Aku baru menonton film Fathers and Daughters yang katanya bagus. Wew, personally, it's like my own story. Film ini bercerita tentang seorang ayah yang merupakan penulis yang harus merawat dan membesarkan putrinya seorang diri setelah istrinya meninggal akibat kecelakaan. Sang ayah pun yang keuangannya tidak stabil harus berjuang menulis novel agar bisa memenuhi kebutuhan hidup. Padahal, sang ayah juga keadaannya tidak sehat secara mental. Terlihat bagaimana perjuangan sang ayah untuk membesarkan putrinya mati-matian dan juga adanya konflik dari keluarga adek ipar sang ayah yang ingin mengadopsi putrinya. Sang ayah pun meninggal setelah menyelesaikan novel Fathers and Daughters yang akhirnya mendapat penghargaan tertinggi untuk karya sastra. Plot cerita di film ini maju dan mundur, karena diceritakan juga kehidupan sang anak yang bernama Katie saat dewasa. Ia adalah seorang psikolog yang di hidupnya ia merasa ada yang salah atau kosong. Sampai ia pun akhirnya bertemu dengan seora