Skip to main content

Anastasia Beverly Hills Brow Definer


Aku mau merekomendasi salah satu pensil alis yang kece banget apalagi buat kulit berminyak. Ya taulah, masalah kulit berminyak, kalau pake pensil alis suka luntur dan itu nyebelin banget. Sebenernya aku mulai suka pakai pensil alis juga setahun lalu, dan mulai berkelana dari pensil alis satu-ke lainnya. Pertama kali nyoba Revlon, capek nyerutnya buat anak males kayak aku dan kalau terlalu lancip suka ketebelan, belum lagi masalah dia yang luntur kalau minyak di wajah mulai ga kondusif huhuhu. Yang kedua nyobain NYX auto-eyebrow-pencil. Masalahnya sama aja, bakalan luntur.

Awal tahun ini sempet ke Sephora SG dan nemu Make Up For Ever Pro Sculpting Brow. This product is my holy grail for brow pencil!! Sayangnya, aku ga nemu dia di konter MUFE di Indonesia. Hiks. Kenapa aku bilang ini holy grail banget? Karena dia three in one: pencil, brush, and highlight tulang alis. Bentuk pensilnya triangle, jadi lebih bagus bikin alisnya. Dan terutama... super pigmented, awet banget dipake dari pagi sampai malem walaupun muka berminyak dan hasilnya natural.



Nah, karena disini susah dapetnya, makanya aku beralih ke ABH. Kebetulan dia baru ngeluarin brow definer yang bentuknya mirip lah sama MUFE. Aku beli shade medium brown dan ternyata dia ga kalah cakepnya.Super pigmented, hasilnya natural, dan cocok banget buat anak sepertiku yang effort-nya ga terlalu besar buat mbentuk alis hehehe. Kadang-kadang, memang harga tidak bisa menipu huhuhu, biasanya yang oke harganya emang lumayan, biasanya lho. Dan kekurangan dari MUFE Pro Sculpting Brow dan ABH Brow Definer ini dia cepet banget abisnya, kurang lebih 3-4 bulan dengan pemakaian setiap hari. Eh itu lama ga sih?Hahahaha

Semoga review ini bisa bermanfaat!:)


Comments

Popular posts from this blog

Cerita menginap di Bandara Terminal 2D Soekarno-Hatta

Tengah malem ini aku mau sharing tentang perjalananku menuju Hong Kong yang agak "loncat-loncat". Maklum tinggal di Kota Malang begini adanya. Jadi ceritanya flight-ku baru besok jam 4 pagi dari Jakarta ke Hong Kong via Singapura. Yang mana hari ini dengan pesawat Garuda paling malem aku terbang dari Surabaya ke Jakarta. Jalan panjang bro dan jadinya ngemper di Terminal 2D sekitar 5 jam. Pengalaman nginep bandara. Jadi kali ini aku mau sharing sedikit mengenai gimana pindah terminal, nginep di bandara, dan transit. Turun di Terminal 3 Ultimate membuatku takjub. Makin cakep aja, udah menuju kayak Changi nih. Oh ya sebenernya kekurangan dari turun di Terminal 3 ini adalah pesawat menuju tempat parkirnya jauh banget dari runway landingnya jadinya "molor" kedatangannya, belum lagi kalo ga ada fasilitas garbarata. Masih naik bus lagi ke terminal kedatangan.  Tapi mungkin juga masih dalam tahap perbaikan ya. Seperti biasa kalo pake Garuda nunggu bagasinya ga lama-la

Survival tips: Jadwal bus Malang-Blitar pagi

Internship di Wlingi Kabupaten Blitar, indah untuk dikenang tapi tidak untuk diulang hehehe. Bagi yang berasal dari Kota Malang, internship di Wlingi sebenarnya cukup menyenangkan. Hanya berjarak 1,5 jam kalau naik kendaraan pribadi dan 2 jam jika menggunakan bus. Aku mau berbagi sedikit survival tips jika ingin ke Wlingi pada pagi hari menggunakan bus dari Malang jurusan ke Blitar/Trenggalek, bisa berangkat dari Terminal Arjosari menggunakan bis besar atau naik bus Bagong dari Kacuk. Sebenarnya aku lebih nyaman menggunakan bus Bagong dari Kacuk karena lebih nyaman aja menggunakan bus kecil dan rasanya juga lebih aman. Biasanya yang naik bus Bagong adalah orang-orang bekerja yang tiap hari naik bus yang sama. Kalau di Terminal Arjosari sih sepengalamanku, bis-nya agak nggak pasti. Kalau bis Bagong jam-nya lebih pasti. Tergantung tempat kalian tinggal juga sih lebih dekat kemana. Rata-rata dikenakan tarif 15 ribu rupiah aja kok. Jika berangkat dari Terminal Arjosari , usahakan pukul

Fathers and Daughters (2015) sinopsis

Aku baru menonton film Fathers and Daughters yang katanya bagus. Wew, personally, it's like my own story. Film ini bercerita tentang seorang ayah yang merupakan penulis yang harus merawat dan membesarkan putrinya seorang diri setelah istrinya meninggal akibat kecelakaan. Sang ayah pun yang keuangannya tidak stabil harus berjuang menulis novel agar bisa memenuhi kebutuhan hidup. Padahal, sang ayah juga keadaannya tidak sehat secara mental. Terlihat bagaimana perjuangan sang ayah untuk membesarkan putrinya mati-matian dan juga adanya konflik dari keluarga adek ipar sang ayah yang ingin mengadopsi putrinya. Sang ayah pun meninggal setelah menyelesaikan novel Fathers and Daughters yang akhirnya mendapat penghargaan tertinggi untuk karya sastra. Plot cerita di film ini maju dan mundur, karena diceritakan juga kehidupan sang anak yang bernama Katie saat dewasa. Ia adalah seorang psikolog yang di hidupnya ia merasa ada yang salah atau kosong. Sampai ia pun akhirnya bertemu dengan seora