Kadang, aku heran dengan orang-orang yang seenaknya sendiri berpendapat tanpa berkaca pada diri mereka sendiri, bahkan mungkin aku salah satu dari orang-orang tersebut. Ini tentang kebahagiaan, dimana setiap orang punya caranya masing-masing untuk meraih kebahagiaannya sendiri. Ada yang dengan membawa novel fantasi seharian mereka merasa bahagia, ada juga yang tidak mengerti esensi dari membaca novel fantasi. Ada yang dengan menulis mereka merasa bahagia, dan ada juga yang tidak memahami keasyikan dari menulis. Terutama juga soal cinta.
Semua tahu bahwa cinta tidak bisa di logika. Banyak dan sering kali diantara kita mengatakan "buat apa sih kamu sama dia?buang-buang waktu" atau "kamu bisa kok nyari yang lebih baik dari dia". Ya, pendapat orang yang tidak sedang merasakan kebahagiaan yang kita rasakan. Ini bukan mengenai mana yang benar dan mana yang salah, mana yang buang-buang waktu, mana yang tidak. Ini mengenai kebahagiaan.
Orang tua sering merasa bahwa mereka lebih tau apa yang bisa membuat anaknya bahagia, namun salah. Orang tua sering memaksakan, sehingga berakhir keliru dan bukannya membuat sang anak memiliki waktu/kegiatan yang membahagiakan, malah akan buang-buang waktu.
Apa yang kita cari di dunia ini selain kebahagiaan? Kamu mencari banyak uang untuk apa kalau tidak untuk kebahagiaan? Kamu berkeluarga untuk apa kalau tidak mencari kebahagiaan?
Apa yang terkesan wah/bagus belum tentu mendatangkan kebahagiaan. Kebahagiaan itu kita yang rasakan, orang lain tau apa? Jadi, berbahagialah dengan cara kalian masing-masing.. Ini hidup kalian bukan hidup untuk membahagiakan atau pencitraan kepada orang lain:)
Aku baru menonton film Fathers and Daughters yang katanya bagus. Wew, personally, it's like my own story. Film ini bercerita tentang seorang ayah yang merupakan penulis yang harus merawat dan membesarkan putrinya seorang diri setelah istrinya meninggal akibat kecelakaan. Sang ayah pun yang keuangannya tidak stabil harus berjuang menulis novel agar bisa memenuhi kebutuhan hidup. Padahal, sang ayah juga keadaannya tidak sehat secara mental. Terlihat bagaimana perjuangan sang ayah untuk membesarkan putrinya mati-matian dan juga adanya konflik dari keluarga adek ipar sang ayah yang ingin mengadopsi putrinya. Sang ayah pun meninggal setelah menyelesaikan novel Fathers and Daughters yang akhirnya mendapat penghargaan tertinggi untuk karya sastra. Plot cerita di film ini maju dan mundur, karena diceritakan juga kehidupan sang anak yang bernama Katie saat dewasa. Ia adalah seorang psikolog yang di hidupnya ia merasa ada yang salah atau kosong. Sampai ia pun akhirnya bertemu dengan seora...
Comments
Post a Comment